Minggu, 10 Mei 2009

Hubungan Menstruasi dan Keadaan Rongga Mulut


Manifestasi Periodontal (Keadaan Rongga Mulut)


Selama masa reproduksi, siklus ovarian dikontrol oleh kelenjar pituitari anterior. Hormon gonadotropin follicle-stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH) diproduksi pada kelenjar pituitari anterior. Sekresi gonadotropin tergantung pada hipotalamus. Perubahan konsentrasi gonadotropin dan hormon ovarian terjadi pada saat siklus menstruasi bulanan. Selama masa reproduksi, esterogen dan progesteron juga berguna untuk mempersiapkan uterus untuk menerima terjadinya pembuahan.

Siklus reproduktif bulanan memiliki dua fase. Fase pertama disebut sebagai fase folikular. Pada masa ini kadar FSH akan meningkat, dan estradiol (bentuk utama dari estrogen) akan disintesis oleh perkembangan folikel, dan akan mencapai puncaknya pada saat dua hari sebelum ovulasi. Efek dari estrogen akan menstimulasi telur untuk bergerak ke tuba falopi (ovulasi) dan menstimulasi proliferasi dari sel stroma, pembuluh darah, dan kelenjar pada endometrium.

Fase kedua disebut fase luteal. Perkembangan korpus luteum mensintesis estradiol dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur yang matang.

Hormon ovarian dikatakan dapat meningkatkan inflamasi jaringan gingiva dan meningkatkan respon terhadap iritan lokal. mekanisme yang memungkinkan terjadinya interaksi peningkatan hormon dengan gingiva adalah peningkatan tumor necrosis factor α (TNF-α) selama siklus menstruasi, peningkatan sintesis prostaglandin E2 (PGE2), dan faktor angiogenetik, faktor pertumbuhan endotelial akan berperan dalam meningkatkan inflamasi gingiva pada tahap siklus menstruasi.

Progesteron berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dari mikrovaskular, perubahan kecepatan dan pola produksi kolagen pada gingiva, meningkatkan metabolisme folat, dan merubah respon imun. Selama periode menstruasi, progesteron akan meningkat dari minggu kedua, mencapai puncaknya selama 10 hari, dan akan menurun sebelum menstruasi.

Jaringan gingiva telah dilaporkan akan lebih edematous selama masa menstrusi dan mengalami eritematous sebelum onset menstruasi pada beberapa wanita. Pada beberapa kasus, terdapat peningkatan eksudat gingiva selama periode menstruasi dan kadang disertai dengan kegoyangan minor dari gigi.

Ketika kadar progesteron mencapai puncaknya pada fase siklus luteal, pada intraoral terjadi ulser aftosa rekuren (recurrent aphthousa ulcers), lesi herpes labialis, dan infeksi kandida. Sfingter esofageal akan menjadi relaks karena progesteron selama siklus berlangsung, hal ini mengakibatkan wanita lebih rentan terhadap penyakit gastroesophageal reflux (GERD). Simptom dari penyakit ini antara lain mual, rasa sakit dan panas pada dada, batuk, sakit tenggorokan, asma, dan gingivitis.

Selama masa kadar progesteron yang tinggi (sekitar 7-10 hari sebelum menstruasi), wanita juga mengalami premenstrual syndrome (PMS). Wanita dengan PMS biasanya memiliki kadar neurotransmiter yang rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya depresi, penurunan mood, dan mengalami kesulitan dengan konsentrasi dan emosi. Pada saat ini wanita akan sangat sensitif dan sangat tidak toleran, mengalami refleks muntah yang tinggi, dan respon terhadap rasa sakit yang sedikit berlebihan.

Perawatan

Siklus menstruasi akan meningkatkan perdarahan gingiva, sehingga membutuhkan perhatian terhadap jaringan periodontalnya. Pemeliharaan periodontal dilakukan bagi individu yang membutuhkan, sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu 3-4 bulan. Penggunaan obat kumur antimikroba sebelum inflamasi selama siklus terjadi sangatlah dibutuhkan. Pemeliharaan kebersihan rongga mulut merupakan hal penting yang harus dilakukan.

Untuk pasien dengan perdarahan menstruasi yang banyak, menjadwalkan terapi bedah setelah siklus menstruasi sangatlah penting. Anemia sangat umum terjadi, lakukan tes laboratorium dan konsultasi ke dokter apabila dibutuhkan.

Selama PMS, beberapa wanita memiliki simptom psikis, seperti mudah lelah, menyukai makanan manis dan asin, rasa kembung pada perut, sakit kepala, nyeri pada payudara, nausea, dan rasa tidak enak pada perut. Dokter gigi harus hati-hati apabila memberikan obat antiinflamasi nonsteroid, infeksi, dan makanan asam yang akan memicu GERD. Hati-hati juga terhadap pemberian antibiotik dan antifungal, karena dapat berinteraksi dengan obat untuk GERD (seperti H2 reseptor antagonis, agen prokinetik, dan inhibitor pompa proton).

PMS juga biasa menggunakan obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitiors (SSRIs). Dokter gigi harus hati-hati dengan obat ini karena obat ini memiliki efek samping dengan obat-obatan yang terikat dengan protein (seperti aspirirn).

Pasien PMS cukup sulit untuk diperlakukan karena keadaan emosional dan psikologisnya yang sensitif. Dokter gigi harus merawat gingiva dan jaringan mukosanya dengan lembut. Misalnya dengan membasah kapasnya dengan obat kumur khlorheksidin sebelum ditempatkan di dalam mulut, dan membuka mukosa mulut dengan pelan.